Sabtu, 16 Maret 2013

Gejala serangan cacing pada burung merpati dan kicauan mirip CRD




Serangan cacing pada tubuh burung merpati balap, tidak hanya mengakibatkan tubuh pernbalap kurus kering dan minim stamina. Namun, bila tak terdeteksi secara dini, penyakit ini bisa menyamai akibat penyakit CRD atau sering disebut dengan tetelo.
Hanya saja, kalau tetelo, susah sekali obatnya. Apalagi jika kepala sudah tengleng dan posisi kepala ketika burung berjalan selalu ke bawah. Sedangkan untuk penyakit cacingan, jika kondisi merpati sudah tampak seperti terkena sakit CRD, maka sebenarnya serangan cacing dalam tubuh merpati sudah over.
Salah satu mania Semarang seperti dikutip Agrobis, ketika melihat merpatinya kelihatan tengleng, dia mengira merpati terjangkit tetelo. Dia pun langsung mengungsikan merpatinya. Namun, melihat dari tubuh yang makin kurus kering, dia berpikir hal itu beda dengan gejala penyakit tetelo.
Karena belum pernah mengalami hal seperti ini, maka dicoba untuk diobati dengan obat jenis tetelo. Padahal secara medis obat tetelo merpati belum ada. Alhasil, setelah diberi obat CRD, merpati tak kunjung sembuh dan berakhir kematian.
Penuh cacing
Setelah dilakukan bedah tubuh, tepatnya dalam daerah pencernaan, ternyata banyak cacing dengan berbagai bentuk dan model.
Cacing pada merpati
Beberapa jenis cacing yang ditemukan di dalam tubuh cacing
Akhirnya, diambil kesimpulan, kematian merpati ini bukan karena sakit CRD, melainkan akibat dan serangan cacing yang sudah kronis. Sehingga apa yang dimakan olehnya, tidak lagi menjadi energi atau gizi, melainkan langsung dikonsumsi oleh cacing.
“Mau tidak mau stamina selalu drop dan kondisi tubuh kurus kerng,” tegasnya.
Oleh karena itu, sebaiknya mania harus jeli dan sering mengontrol kondisi tinja yang dikeluarkan oleh merpati. Dan jika sudah ada kelainan, maka sebaiknya cepat-cepat diobati. ßiasanya, hal itu terjadi pada merpati pasca meloloh piyikan.
Untuk merpati ini, cacing cukup banyak terkandung dalam tubuhnya, dibanding dengan merpati yang sedang tidak meloloh.
Lain lagi menurut Heny Widodo, pemilik Kyky Poultry Sidoarjo, belakangan banyak mania merpati baik itu tinggian, balap dan pos konsultasi tentang merpati yang terjangkit cacingan. Dan berakhir merpati sekarat.
Untuk menanggulangi hal ini, sebaiknya mania harus jeli memilih obat cacing. Banyak macam obat cacing yang beredar di pasaran atau poultry, ada untuk ayam, untuk manusia atau lainnya. Sebaiknya pilih obat cacing khusus merpati. Sebab, berat tubuh antara ayam dan merpati jauh berbeda. Sehingga dosis yang digunakan juga lain.
Nah begitulah antara lain sobat merpati mania tentang bahaya cacing pada merpati yang harus diwaspadai sebagaimana ditulis kolom andhokan Agrobis Burung.
Pendapat Om Kicau:
Cacing memang bisa menyebabkan kematian jika telah melakukan serangan secara kronis pada alat pencernaan. Hal itu menyebabkan kurangnya daya serap sari makanan sehingga membuat burung merpati kekurangan nutrisi yang akhrinya memperlemah daya tahan tubuh.
Ketika daya tahan tubuh rendah, penyakit apapun mudah sekali menyerang. Bisa CRD atau jenis penyakit lainnya. Artinya, bisa saja merpati milik mania Semarang tersebut mati karena CRD dan kebetulan ketika dibedah di dalam ususnya terdapat beragam jenis cacing.
Untuk memberantas cacing di tubuh merpati, Anda bisa menggunakan AscariStop yang bisa mengatasi sejumlah jenis cacing di dalam tubuh burung.
Sebagaimana diketahui, cacing bisa menyebabkan burung macet bunyi, atau sama sekali tidak bisa terbang untuk merpati, kurus, dan mudah terserang penyakit.
AscariStop digunakan untuk indikasi burung lemah, nyekukruk, bulu mekar, pucat, mata terus berair dan gelisah karena adanya berbagai jenis cacing di dalam tubuh burung. AscariStop adalah obat anti-cacing (worming) powder yang mengandung zat aktif piperazin citrate dan dibuat khusus untuk burung peliharaan.
Banyak zat aktif yang bisa membunuh atau melumpuhkan cacing utama pengganggu burung (Ascaridia galli) seperti higromisin B dan kumafos, namun untuk kedua zat ini digunakan secara khusus jika cacingan dalam kondisi akut karena keduanya mengandung antibiotika yang pemberiannya memerlukan nasihat dokter hewan. Sementara piperazin citrate memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus burung.
Untuk cara pakai, 1 sendok takar AscasiStop (yang disertakan di kemasan) dimasukkan ke dalam air 50 ml (seperempat gelas minum ukuran normal). Berikan ke burung merpati ketika tidak dijemur. Merpati yang akan diberi obat ini dijemur dulu sebentar tanpa air minum, setelah itu berikan larutan obat di tempat teduh.
AscariStop bisa digunakan secara rutin (sebulan sekali) karena setiap saat bisa saja ada telur cacing masuk bersama pakan atau air yang dikonsumsi burung merpati kita.
Stop cacing pada burung merpati….


http://omkicau.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar