Sejak awal Oktober 2012 ini, hujan mulai turun di berbagai daerah di Indonesia. Frekuensi turun hujan makin sering memasuki pertengahan bulan. Bagi pemilik dan penangkar burung berkicau, perubahan musim dari kemarau ke penghujan ini perlu diwaspadai dengan seksama, agar kesehatan burung tidak terlalu terganggu.
Peralihan dari musim kemarau ke musim hujan antara lain bisa menyebabkan burung menjadi drop, suaranya menjadi serak, bahkan sampai tidak terdengar lagi kicauannya. Salah satu penyebabnya adalah karena burung kurang panas, karena suhu udara cenderung menurun. Karena itu, kita perlu menyiasati musim penghujan, sehingga burung-burung tidak terlalu drop kondisinya.
Berikut ini beberapa tips ringan tetapi penting yang berlaku untuk sebagian besar burung berkicau. Tips ini berdasarkan pengalaman senior saya, Drs Hananto Prasetyo SH, yang dijuluki Kicau Mania Legendaris karena pada dekade 1990-an burungnya pernah tiga tahun berturut-turut menjadi juara nasional lomba burung berkicau yang diselenggarakan Pelestari Burung Indonesia (PBI).
Pertama, mengurangi volume air dalam bak keramba.
Apabila cuaca pada saat akan merawat atau memandikan burung terlihat mendung, atau bahkan sudah mulai gerimis, sebaiknya Anda mengurangi volume air dalam bak karamba sehingga tinggal separo saja. Dengan demikian, burung mau mandi dan tidak basah kuyup.
Biasanya saat udara dingin atau hujan, burung tidak mau mencebur ke bak karamba. Kalau sekali basah, burung bisa mati jika sinar matahari tidak menembus sangkar.
Kedua, menambah porsi extra fooding.
Untuk menjaga kondisi burung tetap hangat, tambahkan extra fooding berupa jangkrik sebanyak 1-3 ekor dari porsi biasanya, dan tambahkan 5-10 ekor ulat hongkong. Pemberian ulat hongkong ini sangat bagus untuk menghangatkan kondisi burung.
Dengan penambahan porsi extra fooding secara tepat, kondisi burung tetap panas sehingga kualitas suaranya tetap terjaga dengan baik, tanpa menimbulkan efek samping yang negatif.
Tetapi perlu diingat, pemberian ulat hongkong jangan terlalu sering dan terlalu banyak, karena burung bisa menjadi ganas dan birahinya terlalu tinggi. Tandanya, burung akan menabrak sangkar setiap kali melihat burung lain.
Ketiga, menyiasati waktu penjemuran.
Khusus untuk burung-burung kelas lomba, Anda perlu menyiasati waktu penjemuran dengan munculnya sinar matahari. Meski sebentar, upayakan saat matahari mulai bersinar, burung harus segera dijemur.
Anda bisa juga mengkombinasikan hal ini dengan waktu memandikan. Jadi, saat cuaca mendung di pagi hari, dan sinar mentari belum begitu terasa sebaiknya tunda dulu rencana memandikan burung. Ketika sinar matahari mulai muncul, segera mandikan, angin-anginkan dan segera jemur.
Keempat, mengatasi burung serak.
Apabila hujan turun terus-menerus, sehingga udara lembab dan jamur bertumbuhan serta terhisap burung, sering menyebabkan burung bersuara serak atau malah tidak berbunyi sama sekali. Tetapi Anda jangan khawatir. Pastikan saja burung dalam kondisi fit sehingga tidak mudah terserang penyakit. Anda bisa memberikan vitamin dan mineral.
Jika burung telanjur serak gunakan saja antibiotik saluran pernafasan atas seperti BirdTwitter misalnya.
Kalau burung serak karena ada kotoran atau lendir tetapi burung dalam kondisi sehat, dalam artian tidak ada infeksi, Anda bisa mencoba meletakkan sebutir pagoda pastiles atau sejenisnya ke dalam minuman burung. Sifat menthol dalam pagoda berfungsi sebagai ekspektoran lendir.
Kelima, pengerodongan sepanjang hari.
Apabila udara terasa begitu dingin, Anda bisa mengerodong burung sepanjang hari. Tempatkan sangkar pada lokasi yang hangat, misalnya di ruang tamu atau ruang keluarga.
http://omkicau.com/2012/10/17/6-poin-penting-merawat-burung-di-musim-hujan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar